Gadis Hujan Senyum Mentar | Cerpen | Caesar Anindya Rahayu

    OKEY gue on lageh!! Hari ini gua bawa cerpen yang panjang(banget) ini sebenernya mau di buat buku gitu sm sekolahan uwe tp mereka salah cetak cerita gua yang satunya dan berakhir gua kesel. Jadi gua post disini. Oh ya kalo mau copy jangan lupa cantumin webnya sama creditnya oke? Vheck this out!!
GADIS HUJAN SENYUM MENTARI
            Caesar Anindya Rahayu
          Tercium aroma yang khas sehabis hujan, ya benar hujan baru saja turun membasahi bumi. Ditempat aku berdiri Ku amati sepucuk daun basah terlihat segar diguyur air dari langit.
        "Hahahahaha...". Kikih tawa seorang gadis kecil berlompatan diatas genangan. Unik, malam hampir menjelang kenapa ada seorang gadis bermain air?. Sejenak melihatnya, aku tertegun mengingat masa kecilku yang menyenangkan. Masa dimana aku bisa tertawa lepas tanpa beban, tersenyum bak matahari disiang hari yang panas. Tampa ku sadari sesosok gadis itu lenyap dari pandanganku. Kekanan dan kekiri kucari gadis itu dengan seksama.
"Cari aku kak? Hihihi". ujarnya sambil menepuk lengan ku. Terkejut bukan main tentunya. Ku belalakan mataku yang mengisyaratkan aku terkejut.
"Huh? Kenapa?". Kerut dahi ku menunjukan kebingunganku. Ku tatap wajah kecilnya terlihat mentari tengah di gantikan oleh wajah berserinya. Ku tatap tubuhnya yang kotor berlumuran air kotor yang terciprat di tubuhnya.
"Kenapa apa kak? Kakak nyari aku kenapa?". Tanyanya yang semakin kebingungan.
"Enggak, cuman tadi kakak liat kamu main hujan di sore seperti ini". Ungkap ku
"Gak apa kak hehe cuman main hujan aja. Aku suka hujan kak hehe". Terujar dari mulutnya sambil terkekeh. Aneh, hujan? Kenapa harus menyukai hujan di saat kita kerepotan harus berteduh tak ingin pakaian kita basah, barang barang kita terguyur air yang menyerang kita dari atas tiba-tiba. Membuat kita repot ketika harus pergi ke suatu tempat yang penting tapi karna hujan kita harus berbasah ria. Tak ada yang bisa di sukai dari hujan meski dulu aku memang suka bermain hujan sewaktu kecil. Aku mengerutkan kening kembali tanda sedang tak setuju dengan kesukaannya terhadap hujanp.
"Kak kenapa lagi?"
"Enggak, enggak"
"Hujannya udah berhenti, aku harus pergi dulu kak. Pulang gih kak cepet. Bye". Sebelum aku menjawabnya aku sudah tak melihat senyum ceria gadis itu. Menuruti sarannya ku langkahkan kakiku menuju rumah karna memang hujan telah berhenti. Langit pun memunculkan bulan berwarna kuning keemasan yang indah.  Di perjalanan ku ingat apa yang dikatakan gadis itu, sambil memikirkan hujan? Ada apa dengan hujan?. Aku pun sampai dihalaman rumahku sambil menghela nafas. Sepi, ya memang sepi. Setiap detik menit dan hari semuanya sibuk tak menentu. Ku baringkan tubuhku diatas kasur lelah. Teringat lagi akan gadis itu kembali. Kamar ku yang sunyi bertembokan cat biru laut dengan bunyi AC yang terdengar jelas membuatku semakin larut dalam pikiranku.
"Aneh? Wajah berseri itu membuatku terbayang". Gumamku pelan. Ku tatap langit langit kamarku. Mungkin aku iri terhadapnya yang dapat tertawa bebas dan melihatnya tersenyum seperti mentari. Gadis malang yang mungkin belum tau artinya hidup berat, senyumnya itu akan pudar termakan oleh jaman. Tak kusangka pikiranku membawa ku ke dalam mimpi.
Dibawah terik matahari yang menyengat awan mendung seakan menandakan datangnya hujan. Ku tengok keluar dari jendela kelasku dambil menghela nafas tanda kesal hujan akan datang. Dingin angin yang menuip pun bersiap menerpa hawa panas yang melekat sedari tadi. Saat kelas berjalan hujan datang dengan deras. Bunyi bel berdentang tanda akhir dari kelasku dan hujan masih turun seakan senang melihat bumi yang basah. Ku buka payungku dan berusaha melewati hujan. Ditengah perjalanan pulangku aku pelihat gadis itu tengah duduk di sebuah kursi usang yang telah basah bersama-sama dengan gadis itu. Ku dekati dia karna penasaran. Ku payungi iya dengan payungku yang mungkin membuatnya kaget karna hujan berhenti hanya disekitar kepalanya. Ia dongakkan kepalanya dan tersenyum melihatku.
"Hai kakak lagi haha". Senyum diwajahnya yang lagi-lagi terlihat sangat bahagia.
"Yeah, sekedar lewat dan menemukan mu kembali". Ujarku sambil menaikan bahuku.
"Pulang sekolah?". Sambutnya dengan senyuman. Kesal mungkin melihatnya terus tersenyum dihadapanku seakan ia benar-benar bahagia. Wajahku yang kaku yang jarang mengekspresikan apa yang kurasa hanya akan membuang waktu karna tak akan satu orang pun yang mendengar. Seketika ku dapati tangan kecil di tanganku. Dingin memang, mungkin karna gadis itu bermain hujan.
"Duduk kak, letakan payungmu kak". Ia bersenyum lagi, memang murah senyum mungkin. Senyumnya akan membuatmu tak bisa menolak ajakannya. Aku meletakan payungku dan duduk di kursi usang itu.
"Tutup matamu kak". Ia menyuruhku kembali, tanpa menolak aku pun memejamkan mataku. Kurasakan guyuran hujan, setipis kertas ku tarikan bibirku menyimpulkan senyum. Nyaman tak terasa setitik air mataku terjatuh, perasaan ini aneh. Hujan membuatku tertawa juga membuatku menangis dibuatnya. Ku buka mataku yang terpejam menyadari gadis itu telah menghilang seakan hujan meniupnya. Aku melihat kekanan dan kekiri  tak menemui sesosok gadis itu. Aku selalu ingin menanyakan namanya tapi dia selalu pergi. Aku pun berdiri lalu mengambil payungku kembali kerumah yang sunyi kembali. Kaki ku berjalan hingga sampai ke depan pintu rumahku. Ku lihat highheels hitam yang dihiasi warna emas di pinggirannya. Mama pulang? Ku dorong pintu dan masuk kerumah. Benar sontak terdengar suara dari dapur.
"Kamu pulang kak? Makan dulu gih. Mama siapin makan malam buat kamu. Kamu hujan-hujan? Gak biasanya kak". Ku lihat ia mengerutkan keningnya yang masih terlihat kencang itu. Aku hanya melihatnya lalu berlalu meninggalkannya menuju kamarku yang sepi kemudian mandi.  Aku pun turun dengan malas lalu duduk di meja makan.
"Makan yang banyak kak mama..". Kriiinggg bunyi ponselnya, segera ia mengankatnya lalu berbicara. Sambil mengunyah makananku aku menebak akhir dari hari ini. Ia menutup ponselnya dan berdiri.
"Mama pergi kerja bentar ya, kamu hati-hati ya". Ucapnya sambil menuju ke arahku dan mengecup keningku. Akhir yang selalu sama, selalu tak memiliki waktu untuk seorang anak. Sibuk adalah makanan sehari-hari orang tuaku. Seakan waktu hanya digunakan untuk bekerja. Hal yang membuat selalu membuatku iri terhadap orang lain yang memiliki banyak waktu bersama keluarganya. Mama pergi membawa tas yang berisi berkas-berkas tentunya. Terdengar pintu terbuka lalu tertutup. Senyum menyakitkan terlihat. Sambil menelan makananku tetesan air mataku menetes. Kenapa? Kenapa aku yang harus merasakan ketidak hadiran orang tuaku? Mengapa aku harus membenci mereka? Kenapa hidupku tak seperti orang yang lain yang bahaga?. Aku bahkan tak pernah melihat wajah mama setiap hari. Tak bisa berbicara tentang perasaanku. Aku benci keluarga ku!. Ku letakan alat makanku lalu pergi ke atas, membiarkan makanan yang dimasak mamaki disana. Bibi akan membersihkannya nanti.
Hari terus berganti, hujan tak kunjung datang aku rindu melihat senyum mentari gadis itu yang menghangatkan. Aku berjalan pulang seperti biasanya. Ku lihat kursi usang yang ku singgahi bersama gadis itu. Aku duduk di kursi itu kembali melihat kursi itu seperti diriku yang usang kering kehadiran orang yang bersedia bersamaku. Awan hitam memampakan dirinya kembali. Aku tersenyum melihatnya. Hujan datang, ku amati orang berlalu lalang berlari mencari tempat teduh.
"Kakak liat mereka? Mereka manusia yang berusaha mencari tempat dimana mereka dapat melindungi tubuh mereka ditempat teduh. Berlari agar memdapat tempatnya secepat mungkin lalu menggerutu. Lucu ya?". Ku palingkan pandanganku kesebelah kananku. Gadis itu datang. Iya pun menoleh kearahku dengan senyum yang menghangatkan ditengah hujan yang lebat.
" yea lucu memang".Ujarku menyetujuinya.
"Kakak? Kenapa kaka benci keluarga kakak?". Tanyanya dengan lembut. ku kerutkan dahiku. Mungkin pertama kalinya ada seseorang yang tahu perasaanku.
"Mereka sibuk". Kataku sembali bersenyum pahit.
"Menangis lah kak, ceritakan pada ku. Aku akan menyimpannya sebaik mungkin". Iya menoleh kepadaku dengan senyum itu. Aku pun mulai menceritakan bagaimana sibuknya kedua orangtuaku. Ia hanya diam mendengarkanku. Airmataku jatuh ditengah hujan yang membuatku nyaman karna tak akan seorang pun tau bagaimana aku menangis. Mungkin ini adalah alasan kenapa gadis ini menyukai hujan. Ia mungkin menangis dalam hujan sambil tersenyum.
"Kak bisa pegang tanganku? Ikut aku kesuatu tempat bisa?". Ia membuka tangannya mempersilahkan tanganku untuk mengenggam tangan mungilnya. Aku pun menggengam tangan mungil itu. Kami berdiri lalu ia menuntunku kesuatu rumah usang yang tampak kecil namun terlihat lebih nyaman dibanding rumah besar kosong yang aku miliki. Terlihat dua orang tua tengah duduk di teras sambil tersenyum sakit.
"Kak? Boleh aku minta tolong? Sampaikan pada mereka aku mencintai mereka. Aku bahagia memiliki mereka. Kurasa saatnya untuk mereka tau, aku masih disini. Kini aku bisa tersenyum sehangat sebahagia ini. Bisa kah kak? Baritahu anak nya telah bahagia. Jangan bersedih lagi. Katakan pada mereka tak apa". Kata anak itu sambil melihat dua orang yang tengah melihat hujan. Aku menganggukan kepalaku tanda aku mengerti. Ku hampiri mereka. Mereka menangis mendengarkan apa yang ku sampaikan. Ku lihat gadis itu tersenyum bahagia seakan bebannya benar benar tiada lagi. Sebuah album foto mereka berikan kepadaku sambil menangis. Ku buka satu persatu halaman itu melihat foto. Gadis itu ada disini, difoto ini.
" Hanny telah pergi meninggalkan kami 1bulan lalu. Hari ini adalah hari satu bulan kematiannya. Gadis kami cantik bukan?" seorang wantia yang kurasa merupakan ibu dari gadis itu. Sambil terkejut aku melihat kearah gadis itu. Iya menganggukan kepalanya sambil menangis.
"Kau melihatnya? Sampaikan bahwa kami mencintainya juga. Maafkan kami karna sibuk bekerja hingga ia pergi dengan penyakit kangker yang membawanya pergi. Kami terlambat maafkan kami. Maafkan kami sebagai orang tua hanya dapat bekerja untuk menyenangkan anaknya". Seorang lelaki berbicara menangis sejadinya sambil memukul dadanya yang mungkin terasa sakit disertai anggukan seorang ibu disampingnya. Air mataku pun jatuh. Ku lihat gadis itu ia menangis sambil tersenyum memberi tanda bahwa dia sekarang bahagia.
"Kami hanya ada disaat dia sudah tak berdaya. Kami sadar kami salah. Kau tau? Disaat terakhirnya ia hanya ingin untuk duduk di kursi usang  bersama kami di tengah hujan. Ia pergi dan berkata dengan cara seperti itu dia tak akan melihat kami menangis karna hujan menutupi air mata kami. Ia tak ingin kami sedih, tapi rasa bersalah seperti menusuk kami". Isak seorang ibu yang mencintai anaknya. Gadis itu mendekat mencium kening ibunya. Hanya aku yang dapat merasakannya.
"Ia disini bersama kita. Ia tersenyum ia tetap mencintai kalian. Ia memaafkan kalian. Ia bilang akan pergi, kalian harus melanjutkan hidup kalian. Ia tau cinta kalian akan selalu menyertainya. Jangan khawatir". Aku meneteskan mataku merasakan sesaknya hatiku. Gadis itu mememeluk kedua orang yang ia sayangi. Matanya menahan air matanya dan tetap tersenyum. Sebuah cahaya datang ia menhampirinya dan pergi untuk selamanya. Air mataku pun jatuh, hujan seketika berhenti dan menampakan keindahan pelangi yang ada.
Aku menghapus air mataku berdiri lalu berpamitan kepada mereka berdua. Aku berlari pulang kerumah. Melihat sepatu papah dan mamaku segera aku masuk dan memeluk mereka yang tengah berada di ruang makan.
" Ari sayang papa mama. Maafin sikap Ari yang buruk. Ari akan maklum kalian sibuk karna kalian ingin Ari bahagia. Maafin Ari". Isakku di pelukan mereka. Mereka berdua terlihat tersenyum.
"Kamu kesambet apa kak? Hahaa.. Tentu saja mama dan papa sayang kamu juga". Mereka mencium keningku dengan hangat. Aku sadar, menghargai waktuku dengan orang tua ku penting. Memang mereka selalu sibuk tapi aku sadar mereka memberikan waktunya untukku. Hanny mengajarkanku untuk bersyukur waktu bersama keluargaku dan menyadarkanku untuk berfikir tak hanya dari pandanganku. Aku selalu merasa diriku lah yang palimg menderita. Harusnya aku melihat keseliling karna setiap orang memiliki masalah dan cara menghadapi. Makasih Hanny semoga kamu tenang disana.

Komentar

Postingan Populer